Bismillahirrahmanirrahim...
Ukhuwah merupakan salah satu amalan islam yang sangat penting. Ia
merupakan tali kuat yang mengikat hati orang-orang yang beriman. Dengan adanya
ukhuwah lah, kecintaan seorang mukmin terhadap saudaranya begitu tinggi, bahkan
sampai-sampai ia rela mendahulukan kepentingan saudaranya daripada
kepentingannya sendiri seperti kisah tiga orang dari kalangan sahabat yang
sudah tidak asing lagi bagi kita. Kisah tersebut menceritakan bagaimana seorang
mukmin lebih mengutamakan dan mendahulukan saudaranya ketimbang dirinya
meskipun ajal sebentar lagi akan menghampirinya.
Ukhuwahlah yang membuat mereka, para sahabat yang mulia, rela
meninggalkan perhiasan dunia. Ukhuwahlah yang membuat musuh-musuh Islam merasa
gentar ketika menghadapi para mujahidin di medan perang. Ingatkah engkau kisah sepasukan
kaum muslimin yang mengaduk-aduk sungai eufrat yang arusnya deras demi mencari
sebuah tempat air salah seorang saudaranya (salah seorang diantara mereka) yang
terjatuh? Sampai-sampai prajurit pengintai persia (musuh yang akan dihadapi
umat muslim di medan pertempuran) yang melihat kejadian itu gemetar ketakutan.
Ia takut karena membayangkan akan seperti apakah nasibnya nanti saat salah satu
dari pasukan kaum muslimin itu terluka di medan perang. Satu tempat air saja
jatuh si sungai besar itu langsung di aduk-aduk oleh ribuan tangan, apalagi
kalau satu nyawa yang melayang?
Sahabat, tahukah engkau bahwa ukhuwah merupakan salah satu sifat dan
ciri-ciri dari orang mukmin? Allah subhanahu wa ta'ala berfirman
"Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara."(Q.S.
Al Hujurat[49]:10
Dalam ayat yang lain, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman
"Dan
Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa
bersaudara, duduk ber-hadap-hadapan diatas dipan-dipan" (Q.S. Al
Hijr[15]:47)
Ingatlah wahai
sahabat, ukhuwah yang bersih itu terbebas dari segala macam penyakit hati.
Tidak ada dendam dan tidak ada dengki. Jika kita ternyata masih merasakan
perasaan-perasaan itu bahkan sampai su'udzan kepada saudara kita, maka
beristigfarlah. Jangan sampai perasaan itu menghabisi rasa cintamu terhadap
saudaramu. Tahukah engkau apa yang menyebabkan munculnya perpecahan dan konflik
yang berakhir dengan terbunuhnya khulafaur rasyidin, Umar, Utsman, dan Ali
radhiallahuanhum. Salah satunya adalah sifat dengki.
Sahabat. Jika
engkau telah merasakan adanya ikatan persaudaraan dengan orang-orang yang
seaqidah yang berada disekitarmu, maka bersyukurlah sambil berupaya menjaga
jalinannya dan menguatkan ikatannya. Karena ikatan persaudaraan tersebut
merupakan anugerah dan nikmat yang sangat besar yang telah diberikan Allah 'azza
wa jalla kepadamu.
"Dan ingatlah akan
nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu kerana nikmat itu,
sebagai orang-orang yang bersaudara."
(Q.S. Ali 'Imran [3]:103)
Allah berfirman dalam ayat lain
"Dia-lah
(Allah) yang memperkuat dirimu dengan pertolongan-Nya dan dengan orang-orang
Mukmin. Dan Dia Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang Mukmin). Walaupun
kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, nescaya kamu tidak
dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati
mereka."
(Q.S.
Al Anfal [8]:62-63)
Engkau tentu
tidak mau nikmat itu hilang begitu saja bukan?
Ukhuwah merupakan
persaudaraan yang dibangun atas dasar iman kepada Allah. Ia merupakan tali yang
kokoh yang dapat memunculkan sebuah persatuan yang sangat kuat yang tidak ada
lagi persatuan yang sekuat itu. Hal ini disebabkan oleh kuatnya ikatan hati
orang-orang mukmin karena ikatan tersebut dibangun atas dasar aqidah, karena
Allah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Tali Islam yang terkuat
adalah wala' (loyal) kerana Allah, memusuhi kerana Allah, cinta karena Allah, dan
benci kerana Allah 'Azzawa
Jalla."1
Percayakah engkau
wahai sahabat, bahwa ikatan persaudaraan karena Allah (Berdiri di atas keimanan
yang kokoh) jauh lebih kuat daripada persaudaraan karena hubungan darah?
Percayakah? Ingatkah engkau tentang salah seorang sahabat Rasulullah yang lebih
memilih saudara seiman ketimbang saudara sedarahnya yang ketika itu masih
kafir? Dialah Mush'ab bin Umair radhiallahu'anhu yang dengan tegas mengatakan
"Engkau bukan saudaraku" seraya menunjuk saudara kandungnya yang
termasuk salah satu kaum kafir quraisy yang tertawan saat perang, "Tapi, inilah
saudaraku" dengan menunjuk salah seorang sahabat lain yang ada di
dekatnya.
Bahkan di dalam
Al-Qur'an, Nabi Nuh 'alaihi salam diingatkan Allah bahwa anaknya yang kafir
bukanlah termasuk keluarganya. Nabi Nuh 'alaihi salam mengatakan
"Ya
Rabbi, sesungguhnya anakku termasuk dalam keluarga-ku, dan sesungguhnya janji
Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim Yang Seadil-adilnya."
(Q.S. Hud [11]:
45).
Allah subhanahu
wa ta'ala menjawab dengan firmanNya
"Wahai
Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk dalam keluargamu (yang dijanjikan akan
diselamatkan). Sesungguhnya (perbuatannya) itu adalah perbuatan yang tidak
baik. Oleh sebab itu, janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak
mengetahuinya. Sesungguhnya Aku mem-peringatkan kepadamu supaya kamu jangan
termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan (tidak mengerti)." (Q.S.
Hud [11]: 46)
Sahabat,
ada sebuah syair yang sangat indah tentang persaudaraan ini.
aku berujar: ia adalah saudaraku
mereka bertanya: saudara dari
kerabatmu?
kusahut:
kemiripan adalah kekerabatan
bagiku,
kekerabatan adalah idea, azam dan semangat
walau
garis moyang kami jauh berbeda2
Begitulah
wahai sahabat. Marilah sama-sama kita tanamkan hal ini dalam diri kita
masing-masing.
Dari
tadi telah dijelaskan hal-hal yang berhubungan dengan ukhuwah, lantas apakah
keutamaan ukhuwah itu? Ketahuilah wahai sahabat, keuatamaan ukhuwah karena
Allah sangatlah banyak, namun pada postingan kali ini, akan dibahas lima
keutamaan saja.
1.
Termasuk salah satu dari tujuh golongan yang mendapatkan naungan dan
perlindungan Allah di Hari Kiamat
Sabda Rasulullah saw : "Tujuh Golongan yang dinaungi Allah di hari kiamat yang tiada tempat berteduh selain yang diizinkanNya adalah pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dengan beribadah kepada Rabbnya, orang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling menyayangi karena Allah, bersatu karena Allah dan berpisah karena Allah, orang yang diajak berbuat hina oleh wanita cantik dan kaya namun ia berkata:'Aku takut kepada Allah', pria yang bersedeqah dengan sembunyi-sembunyi, dan orang yang ketika mengingat Allah dalam kesendirian berlinang airmatanya."3
2.
Mendapatkan tempat di surga yang membuat Nabi dan para syuhada cemburu
Dalam
sebuah hadits qudsi diriwayatkan bahwa Allah berfirman
"Orang-orang
yang saling mencintai demi keagungan-Ku akan diberikan padanya mimbar dari
cahaya yang dicemburui (ghibthah)
oleh para Nabi dan syuhada."4
3.
Dicintai oleh Allah Subhanahu wata'ala
Siapakah
yang tidak mau mendapatkan cinta dari Rabb yang telah menciptakannya? Tentu
tidak ada satu orangpun bukan. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman
"Cinta-Ku
mesti bagi orang-orang yang saling mencintai kerana Aku; cinta-Ku mesti bagi
orang-orang yang saling bersilaturahim kerana Aku; cinta-Ku mesti bagi
orangorang yang saling menasihati kerana Aku; cinta-Ku mesti bagi orang-orang
yang saling mengunjungi kerana Aku; cinta-Ku mesti bagi orang-orang yang saling
memberi kerana Aku."5
Imam Muslim meriwayatkan dari
Abu Hurairah, bahawa Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
"Suatu
hari, seseorang melakukan perjalanan untuk mengunjungi saudaranya yang tinggal
di suatu kampung. Maka Allah mengutus seorang Malaikat untuk mencegat disuatu
tempat di tengah-tengah perjalanannya. Ketika orang tersebut sampai di tempat tersebut,
Malaikat bertanya: “Hendak ke mana engkau?” Ia menjawab: “Aku hendak mengunjungi
saudaraku yang berada di kampung ini.” Malaikat kembali bertanya: “Apakah kamu
punya kepentingan duniawi yang diharapkan darinya?” Ia menjawab: “Tidak,
kecuali kerana aku mencintainya kerana Allah.” Lantas Malaikat itu berkata
(membuka identitasnya): “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang dikirim
kepadamu untuk menyampaikan bahawa Allah telah mencintaimu seperti engkau
mencintai saudara-mu."6
4.
Menjadi orang yang mulia
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda
"Tidaklah
dua orang saling mencintai kerana Allah, kecuali yang paling besar cintanya di antara
keduanya adalah yang lebih mulia."7
5.
Dosa-dosanya berguguran seperti daun yang berguguran
Suatu
saat Abdullah bin Abu Lubabah bertemu dengan Mujahid rahimahullah. Tiba-tiba
Mujahid menjabat tangannya seraya berkata, "Jika ada dua orang yang saling
mencintai karena Allah bertemu, dan salah seorang dari mereka menjabat tangan
dan tersenyum kepada saudaranya, maka dosa-dosanya akan berguguran seperti daun
yang berguguran dari pohonnya." Abdullah berkata, "Perbuatan itu
(menjabat tangan dan tersenyum) terlalu ringan."
Mujahid pun menjawab,"Jangan katakan seperti itu. Sesungguhnya Allah
subhanahu wa ta'ala berfirman
"Walaupun
kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, nescaya kamu tidak
dapat mempersatukan hati mereka."
(Q.S. al-Anfal [8]:
63).
Ketika
mendengar jawaban tersebut, Abdullah bergumam, "Tahulah aku bahwa ia lebih
mengerti dariku."8
Al-Walid bin Abu Mughits
menuturkan, Mujahid berkata: "Jika dua orang Muslim berjumpa dan saling
berjabat tangan, maka dosa mereka diampuni." Al-Walid bertanya kepada
Mujahid: "Hanya dengan jabat tangan, dosanya diampuni?" Mujahid
menjawab: Tidakkah engkau mengetahui firman-Nya:
"Walaupun
kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, nescaya kamu tidak
dapat mempersatukan hati mereka." (Q.S al-Anfal [8]: 63)
Maka al-Walid berkata:
"Engkau lebih tahu dariku."9
Begitulah
wahai sahabat, sungguh ikatan persaudaraan karena Allah itu merupakan nikmat
yang sangat besar. Oleh karena itulah, marilah berusaha untuk mendapatkannya,
menjaganya, dan menguatkannya.
Salam
ukhuwah...
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
1 Diriwayatkan oleh Thabrani dalam
kitab al-Mu'jam al-Kabir, no. 11537 dari Ibnu Abbas radhiyallahu
'anhu. Juga diriwayatkan oleh al-Baghawi dalam kitab Syarhus-Sunnah, XIII/53.
Hadith ini didukung oleh beberapa riwayat penguat (syawahid), di antaranya
dari Ibnu Mas'ud yang diriwayatkan oleh Abu Dawud ath-Thayalisi, no. 378 hlm.
50, Thabrani—seperti yang tercatat dalam kitab Majma'uz-Zawa'id 1/90
dari al-Bara yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab al-Musnad IV/286,
dengan lafazh hadith seperti berikut: "Tali iman yang paling baik
adalah engkau mencintai kerana Allah dan membenci kerana Allah." Ibnu Abi
Syaibah juga meriwayatkannya dalam kitab al-Iman, no. 110 hlm. 42.
Al-Albani menyatakannya sebagai hadith shahih dalam kitab Shahihul-Jami'
ash-Shaghir, no. 2539. Sementara al-Arna'uth menyatakannya sebagai hadith hasan
(baik) ketika men-tahqiq kitab Syarhus-Sunnah XIII/53.
2 Adabud-Dunya wad-Din, hlm. 164.
3 Hadith yang diriwayatkan oleh
Bukhari dalam al-Adzan no. 660, az-Zakah no. 1423, ar-Raqa’iq no.
6479, secara singkat—juga dalam al-Hudud no. 6806. Imam Muslim juga
meriwayatkan dalam az-Zakah no. 1031, Imam Malik dalam kitab al-Muwaththa',
bab asy-Syi'r II/952-954, an-Nasa'i dalam al-Qudhat VIII/222-223,
Tirmidzi dalam az-Zuhd no. 2391, Ahmad dalam kitab al-Musnad II/439,
dan al-Baghawi dalam kitab Syarhus-Sunnah II/354.
4 Diriwayatkan oleh Imam Ahmad
dalam kitab al-Musnad' V/239 dalam riwayat yang lengkap, Tirmidzi dalam az-Zuhd
no. 2390— sama seperti potongan hadith di atas, dan al-Albani menyatakannya
sebagai hadith shahih dalam kitab Shahihul-Jami' ash- Shaghir no.
4312.
5 Diriwayatkan oleh Imam Ahmad
dalam kitab al-Musnad V/229, 233, 237, 239, dan 328. Imam Malik dalam
kitab al-Muwaththa', bab asy-Syi'r II/953-954, al-Baghawi dalam
kitab Syarhus-Sunnah XIII/50. Hadith ini dinyatakan shahih oleh
Ibnu 'Abdil-Barr dan al-Mundziri dalam kitab at-Targhib wat-Tarhib IV/18,19,
juga dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Shahihul-Jami'
ash-Shaghir no. 4320, dan Syaikh Syu'aib al-Arna'uth ketika men-takhrij kitab
Syarhus-Sunnah XIII/50.
6 Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam al-Birr wash-Shillah no.
2567, Imam Ahmad dalam kitab al-Musnad 11/292, 408, 462, dan 508,
al-Baghawi dalam kitab Syarhus-Sunnah X1II/51, dan Ibnu Hibban dalam
kitab Shahih, bab al-Ihsan no. 571.
7 Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab al-Adab
al-Mufrad no. 544, Abu Dawud ath-Thayalisi dalam kitab al-Musnad no.
2053, Hakim dalam kitab al-Mustadrak IV/171, al-Khathib dalam kitab Tarikh
Baghdad XI/341, dan Ibnu Hibban dalam bab al- Ihsan no. 567.
Semuanya meriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu. Menurut
al-Haitsami dalam kitab Majma'uz- Zawa'id X/276: "Hadith ini
diriwayatkan oleh Thabrani dalam kitab al-Ausath, Abu Ya'la dan
al-Bazzar dengan lafazh yang sama. Semua perawi yang meriwayatkan
melalui Abu Ya'la dan al-Bazzar sama dengan perawi dalam kitab ash-Shahih (karya
Bukhari atau Muslim) kecuali Mubarak bin Nadhalah; ia dinyatakan tsiqah (terpercaya)
oleh beberapa pengkritik hadith dengan argumen yang lemah." Al-Albani
menyatakannya sebagai hadith shahih dalam kitab Shahihul-Jami'
ash-Shaghir no. 5594, dan Shahihul-Adab al-Mufrad no. 423. Hadith
ini diriwayatkan juga dari Abu Darda' secara marfu' dengan lafazh yang
berbunyi: "Tidaklah dua sahabat yang saling mencintai kerana Allah ketika
berjauhan, kecuali yang lebih besar cintanya kepada saudaranya adalah yang
lebih dicintai oleh Allah." Mengenai hadith ini al-Haitsami {Majma'uz-Zawa'id
X/276) berkata: "Hadit ini
diriwayatkan oleh Thabrani dalam kitab al-Ausath, sanad-nya sama dengan sanad
kitab ash-Shahih kecuali al-Mu'afa bin Sulaiman, ia adalah seorang
yang tsiqah." Sementara al-Mundziri (at-Targhib wat-Tarhib IV/17)
berkata: "Hadith ini diriwayatkan oleh Thabrani dengan sanad yang
baik dan kuat.”
8 Tafsir Ibni Katsir, Jilid II, hlm. 309.
9 Ibid, hlm. 309
dan 310.
0 komentar:
Posting Komentar