Pages

Senin, 04 Maret 2013

Urgensi Ukhuwah


Bismillahirrahmanirrahim...

Ukhuwah merupakan salah satu amalan islam yang sangat penting. Ia merupakan tali kuat yang mengikat hati orang-orang yang beriman. Dengan adanya ukhuwah lah, kecintaan seorang mukmin terhadap saudaranya begitu tinggi, bahkan sampai-sampai ia rela mendahulukan kepentingan saudaranya daripada kepentingannya sendiri seperti kisah tiga orang dari kalangan sahabat yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Kisah tersebut menceritakan bagaimana seorang mukmin lebih mengutamakan dan mendahulukan saudaranya ketimbang dirinya meskipun ajal sebentar lagi akan menghampirinya.


Ukhuwahlah yang membuat mereka, para sahabat yang mulia, rela meninggalkan perhiasan dunia. Ukhuwahlah yang membuat musuh-musuh Islam merasa gentar ketika menghadapi para mujahidin di medan perang. Ingatkah engkau kisah sepasukan kaum muslimin yang mengaduk-aduk sungai eufrat yang arusnya deras demi mencari sebuah tempat air salah seorang saudaranya (salah seorang diantara mereka) yang terjatuh? Sampai-sampai prajurit pengintai persia (musuh yang akan dihadapi umat muslim di medan pertempuran) yang melihat kejadian itu gemetar ketakutan. Ia takut karena membayangkan akan seperti apakah nasibnya nanti saat salah satu dari pasukan kaum muslimin itu terluka di medan perang. Satu tempat air saja jatuh si sungai besar itu langsung di aduk-aduk oleh ribuan tangan, apalagi kalau satu nyawa yang melayang?

Sahabat, tahukah engkau bahwa ukhuwah merupakan salah satu sifat dan ciri-ciri dari orang mukmin? Allah subhanahu wa ta'ala berfirman
"Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara."(Q.S. Al Hujurat[49]:10

Dalam ayat yang lain, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman
"Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara, duduk ber-hadap-hadapan diatas dipan-dipan" (Q.S. Al Hijr[15]:47)

Ingatlah wahai sahabat, ukhuwah yang bersih itu terbebas dari segala macam penyakit hati. Tidak ada dendam dan tidak ada dengki. Jika kita ternyata masih merasakan perasaan-perasaan itu bahkan sampai su'udzan kepada saudara kita, maka beristigfarlah. Jangan sampai perasaan itu menghabisi rasa cintamu terhadap saudaramu. Tahukah engkau apa yang menyebabkan munculnya perpecahan dan konflik yang berakhir dengan terbunuhnya khulafaur rasyidin, Umar, Utsman, dan Ali radhiallahuanhum. Salah satunya adalah sifat dengki.

Sahabat. Jika engkau telah merasakan adanya ikatan persaudaraan dengan orang-orang yang seaqidah yang berada disekitarmu, maka bersyukurlah sambil berupaya menjaga jalinannya dan menguatkan ikatannya. Karena ikatan persaudaraan tersebut merupakan anugerah dan nikmat yang sangat besar yang telah diberikan Allah 'azza wa jalla kepadamu.
"Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu kerana nikmat itu, sebagai orang-orang yang bersaudara." (Q.S. Ali 'Imran [3]:103)

Allah berfirman dalam ayat lain
"Dia-lah (Allah) yang memperkuat dirimu dengan pertolongan-Nya dan dengan orang-orang Mukmin. Dan Dia Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang Mukmin). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, nescaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka."
(Q.S. Al Anfal [8]:62-63)

Engkau tentu tidak mau nikmat itu hilang begitu saja bukan?

Ukhuwah merupakan persaudaraan yang dibangun atas dasar iman kepada Allah. Ia merupakan tali yang kokoh yang dapat memunculkan sebuah persatuan yang sangat kuat yang tidak ada lagi persatuan yang sekuat itu. Hal ini disebabkan oleh kuatnya ikatan hati orang-orang mukmin karena ikatan tersebut dibangun atas dasar aqidah, karena Allah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Tali Islam yang terkuat adalah wala' (loyal) kerana Allah, memusuhi kerana Allah, cinta karena Allah, dan benci kerana Allah 'Azzawa Jalla."1

Percayakah engkau wahai sahabat, bahwa ikatan persaudaraan karena Allah (Berdiri di atas keimanan yang kokoh) jauh lebih kuat daripada persaudaraan karena hubungan darah? Percayakah? Ingatkah engkau tentang salah seorang sahabat Rasulullah yang lebih memilih saudara seiman ketimbang saudara sedarahnya yang ketika itu masih kafir? Dialah Mush'ab bin Umair radhiallahu'anhu yang dengan tegas mengatakan "Engkau bukan saudaraku" seraya menunjuk saudara kandungnya yang termasuk salah satu kaum kafir quraisy yang tertawan saat perang, "Tapi, inilah saudaraku" dengan menunjuk salah seorang sahabat lain yang ada di dekatnya.

Bahkan di dalam Al-Qur'an, Nabi Nuh 'alaihi salam diingatkan Allah bahwa anaknya yang kafir bukanlah termasuk keluarganya. Nabi Nuh 'alaihi salam mengatakan
"Ya Rabbi, sesungguhnya anakku termasuk dalam keluarga-ku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim Yang Seadil-adilnya." (Q.S. Hud [11]: 45).

Allah subhanahu wa ta'ala menjawab dengan firmanNya
"Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk dalam keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan). Sesungguhnya (perbuatannya) itu adalah perbuatan yang tidak baik. Oleh sebab itu, janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahuinya. Sesungguhnya Aku mem-peringatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan (tidak mengerti)." (Q.S. Hud [11]: 46)

Sahabat, ada sebuah syair yang sangat indah tentang persaudaraan ini.

aku berujar: ia adalah saudaraku
mereka bertanya: saudara dari kerabatmu?
                kusahut: kemiripan adalah kekerabatan
                bagiku, kekerabatan adalah idea, azam dan semangat
                walau garis moyang kami jauh berbeda2

Begitulah wahai sahabat. Marilah sama-sama kita tanamkan hal ini dalam diri kita masing-masing.

Dari tadi telah dijelaskan hal-hal yang berhubungan dengan ukhuwah, lantas apakah keutamaan ukhuwah itu? Ketahuilah wahai sahabat, keuatamaan ukhuwah karena Allah sangatlah banyak, namun pada postingan kali ini, akan dibahas lima keutamaan saja.

1. Termasuk salah satu dari tujuh golongan yang mendapatkan naungan dan perlindungan Allah di Hari  Kiamat
Sabda Rasulullah saw : "Tujuh Golongan yang dinaungi Allah di hari kiamat yang tiada tempat berteduh selain yang diizinkanNya adalah pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dengan beribadah kepada Rabbnya, orang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling menyayangi karena Allah, bersatu karena Allah dan berpisah karena Allah, orang yang diajak berbuat hina oleh wanita cantik dan kaya namun ia berkata:'Aku takut kepada Allah', pria yang bersedeqah dengan sembunyi-sembunyi, dan orang yang ketika mengingat Allah dalam kesendirian berlinang airmatanya."3


2. Mendapatkan tempat di surga yang membuat Nabi dan para syuhada cemburu
Dalam sebuah hadits qudsi diriwayatkan bahwa Allah berfirman
"Orang-orang yang saling mencintai demi keagungan-Ku akan diberikan padanya mimbar dari cahaya yang dicemburui (ghibthah) oleh para Nabi dan syuhada."4

3. Dicintai oleh Allah Subhanahu wata'ala
Siapakah yang tidak mau mendapatkan cinta dari Rabb yang telah menciptakannya? Tentu tidak ada satu orangpun bukan. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman
"Cinta-Ku mesti bagi orang-orang yang saling mencintai kerana Aku; cinta-Ku mesti bagi orang-orang yang saling bersilaturahim kerana Aku; cinta-Ku mesti bagi orangorang yang saling menasihati kerana Aku; cinta-Ku mesti bagi orang-orang yang saling mengunjungi kerana Aku; cinta-Ku mesti bagi orang-orang yang saling memberi kerana Aku."5

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahawa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Suatu hari, seseorang melakukan perjalanan untuk mengunjungi saudaranya yang tinggal di suatu kampung. Maka Allah mengutus seorang Malaikat untuk mencegat disuatu tempat di tengah-tengah perjalanannya. Ketika orang tersebut sampai di tempat tersebut, Malaikat bertanya: “Hendak ke mana engkau?” Ia menjawab: “Aku hendak mengunjungi saudaraku yang berada di kampung ini.” Malaikat kembali bertanya: “Apakah kamu punya kepentingan duniawi yang diharapkan darinya?” Ia menjawab: “Tidak, kecuali kerana aku mencintainya kerana Allah.” Lantas Malaikat itu berkata (membuka identitasnya): “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang dikirim kepadamu untuk menyampaikan bahawa Allah telah mencintaimu seperti engkau mencintai saudara-mu."6

4. Menjadi orang yang mulia
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda
"Tidaklah dua orang saling mencintai kerana Allah, kecuali yang paling besar cintanya di antara keduanya adalah yang lebih mulia."7

5. Dosa-dosanya berguguran seperti daun yang berguguran
Suatu saat Abdullah bin Abu Lubabah bertemu dengan Mujahid rahimahullah. Tiba-tiba Mujahid menjabat tangannya seraya berkata, "Jika ada dua orang yang saling mencintai karena Allah bertemu, dan salah seorang dari mereka menjabat tangan dan tersenyum kepada saudaranya, maka dosa-dosanya akan berguguran seperti daun yang berguguran dari pohonnya." Abdullah berkata, "Perbuatan itu (menjabat tangan dan tersenyum) terlalu ringan."



Mujahid pun menjawab,"Jangan katakan seperti itu. Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'ala berfirman
"Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, nescaya kamu tidak
dapat mempersatukan hati mereka." (Q.S. al-Anfal [8]: 63).


Ketika mendengar jawaban tersebut, Abdullah bergumam, "Tahulah aku bahwa ia lebih mengerti dariku."8

Al-Walid bin Abu Mughits menuturkan, Mujahid berkata: "Jika dua orang Muslim berjumpa dan saling berjabat tangan, maka dosa mereka diampuni." Al-Walid bertanya kepada Mujahid: "Hanya dengan jabat tangan, dosanya diampuni?" Mujahid menjawab: Tidakkah engkau mengetahui firman-Nya:
"Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, nescaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka." (Q.S al-Anfal [8]: 63)

Maka al-Walid berkata: "Engkau lebih tahu dariku."9

Begitulah wahai sahabat, sungguh ikatan persaudaraan karena Allah itu merupakan nikmat yang sangat besar. Oleh karena itulah, marilah berusaha untuk mendapatkannya, menjaganya, dan menguatkannya.

Salam ukhuwah...




---------------------------------------------------------------------------------------------------------
1 Diriwayatkan oleh Thabrani dalam kitab al-Mu'jam al-Kabir, no. 11537 dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu. Juga diriwayatkan oleh al-Baghawi dalam kitab Syarhus-Sunnah, XIII/53. Hadith ini didukung oleh beberapa riwayat penguat (syawahid), di antaranya dari Ibnu Mas'ud yang diriwayatkan oleh Abu Dawud ath-Thayalisi, no. 378 hlm. 50, Thabrani—seperti yang tercatat dalam kitab Majma'uz-Zawa'id 1/90 dari al-Bara yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab al-Musnad IV/286, dengan lafazh hadith seperti berikut: "Tali iman yang paling baik adalah engkau mencintai kerana Allah dan membenci kerana Allah." Ibnu Abi Syaibah juga meriwayatkannya dalam kitab al-Iman, no. 110 hlm. 42. Al-Albani menyatakannya sebagai hadith shahih dalam kitab Shahihul-Jami' ash-Shaghir, no. 2539. Sementara al-Arna'uth menyatakannya sebagai hadith hasan (baik) ketika men-tahqiq kitab Syarhus-Sunnah XIII/53.
2 Adabud-Dunya wad-Din, hlm. 164.
3 Hadith yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam al-Adzan no. 660, az-Zakah no. 1423, ar-Raqa’iq no. 6479, secara singkat—juga dalam al-Hudud no. 6806. Imam Muslim juga meriwayatkan dalam az-Zakah no. 1031, Imam Malik dalam kitab al-Muwaththa', bab asy-Syi'r II/952-954, an-Nasa'i dalam al-Qudhat VIII/222-223, Tirmidzi dalam az-Zuhd no. 2391, Ahmad dalam kitab al-Musnad II/439, dan al-Baghawi dalam kitab Syarhus-Sunnah II/354.
4 Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab al-Musnad' V/239 dalam riwayat yang lengkap, Tirmidzi dalam az-Zuhd no. 2390— sama seperti potongan hadith di atas, dan al-Albani menyatakannya sebagai hadith shahih dalam kitab Shahihul-Jami' ash- Shaghir no. 4312.
5 Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab al-Musnad V/229, 233, 237, 239, dan 328. Imam Malik dalam kitab al-Muwaththa', bab asy-Syi'r II/953-954, al-Baghawi dalam kitab Syarhus-Sunnah XIII/50. Hadith ini dinyatakan shahih oleh Ibnu 'Abdil-Barr dan al-Mundziri dalam kitab at-Targhib wat-Tarhib IV/18,19, juga dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Shahihul-Jami' ash-Shaghir no. 4320, dan Syaikh Syu'aib al-Arna'uth ketika men-takhrij kitab Syarhus-Sunnah XIII/50.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam al-Birr wash-Shillah no. 2567, Imam Ahmad dalam kitab al-Musnad 11/292, 408, 462, dan 508, al-Baghawi dalam kitab Syarhus-Sunnah X1II/51, dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih, bab al-Ihsan no. 571.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab al-Adab al-Mufrad no. 544, Abu Dawud ath-Thayalisi dalam kitab al-Musnad no. 2053, Hakim dalam kitab al-Mustadrak IV/171, al-Khathib dalam kitab Tarikh Baghdad XI/341, dan Ibnu Hibban dalam bab al- Ihsan no. 567. Semuanya meriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu. Menurut al-Haitsami dalam kitab Majma'uz- Zawa'id X/276: "Hadith ini diriwayatkan oleh Thabrani dalam kitab al-Ausath, Abu Ya'la dan al-Bazzar dengan lafazh yang sama. Semua perawi yang meriwayatkan melalui Abu Ya'la dan al-Bazzar sama dengan perawi dalam kitab ash-Shahih (karya Bukhari atau Muslim) kecuali Mubarak bin Nadhalah; ia dinyatakan tsiqah (terpercaya) oleh beberapa pengkritik hadith dengan argumen yang lemah." Al-Albani menyatakannya sebagai hadith shahih dalam kitab Shahihul-Jami' ash-Shaghir no. 5594, dan Shahihul-Adab al-Mufrad no. 423. Hadith ini diriwayatkan juga dari Abu Darda' secara marfu' dengan lafazh yang berbunyi: "Tidaklah dua sahabat yang saling mencintai kerana Allah ketika berjauhan, kecuali yang lebih besar cintanya kepada saudaranya adalah yang lebih dicintai oleh Allah." Mengenai hadith ini al-Haitsami {Majma'uz-Zawa'id X/276) berkata: "Hadit  ini diriwayatkan oleh Thabrani dalam kitab al-Ausath, sanad-nya sama dengan sanad kitab ash-Shahih kecuali al-Mu'afa bin Sulaiman, ia adalah seorang yang tsiqah." Sementara al-Mundziri (at-Targhib wat-Tarhib IV/17) berkata: "Hadith ini diriwayatkan oleh Thabrani dengan sanad yang baik dan kuat.”
Tafsir Ibni Katsir, Jilid II, hlm. 309.
 Ibid, hlm. 309 dan 310.

Related Post:

0 komentar:

Posting Komentar