Pages

Selasa, 19 Maret 2013

"Kematian..."


"Muda Foya-Foya, Mati Masuk Surga", Benarkah?

Bismillah. Hampir semua dari kita tahu guyonan ini, "Kecil dimanja, muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga." Tapi, apakah guyonan ini nyata? sesuai dengan realita? Mungkin untuk tiga kalimat pertama memang benar adanya, namun apakah dengan benarnya tiga kalimat pertama membuat kalimat terakhir juga ikut benar? Tentu saja jawabannya tidak. Namun, Kenapa masih cukup banyak manusia yang sepertinya menelan mentah-mentah guyonan tersebut?


Dari Ibnu 'Abbas ra, Rasulullah saw bersabda, "Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: [1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, [2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, [3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, [4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, [5] Hidupmu sebelum datang kematianmu." (HR. Al Hakim, dishahihkan oleh Al Albani)

Wahai sahabat, Rasulullah saw telah memesankan perkara diatas kepada kita, umatnya yang sangat dicintainya. Rasulullah menginginkan kita untuk cerdas dalam mengelola waktu, cerdas dalam memilih kegiatan dan aktivitas dan cerdas dalam mempersiapkan bekal untuk "hari esok".

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang telah dipersiapkan olehnya untuk hari esok…” (QS. Al-Hasyr: 18).

Al Munawi berkata, "Lima hal ini (waktu muda, masa sehat, masa luang, masa kaya, dan waktu ketika hidup) barulah seseorang betul-betul mengetahui nilainya setelah kelima hal tersebut hilang." (At Taisir Bi Syarh Al Jami' Ash Shagir, 1/356) Kenyataannya, tidak sedikit orang yang baru menyadari hal tersebut ketika kesadaran itu tidak berguna lagi baginya. Akhirnya, penyesalanlah yang datang. Setelah mengetahui hal ini, akankah kita tetap menjadi golongan orang-orang yang menyesal tersebut? Sungguh, betapa bodohnya kita jika tetap membiarkan diri ini termasuk dalam gologan orang-orang yang menyesal disaat penyesalan itu tidak berguna.

Sebagai manusia yang masih muda, hendaknya kita mulai membiasakan untuk menyibukkan diri dengan perkara-perkara yang bermanfaat, yang bernilai ibadah, dan mendatangkan pahala dan ridha Allah sembari berusaha meminimalkan  aktivitas yang sia-sia. Tahukah engkau wahai sahabat, jika seseorang yang semenjak mudanya telah membiasakan diri untuk beramal, ketika datang masa tuanya yang membuatnya lemah hingga dia tidak sanggup lagi beramal seperti amalannya ketika masih muda, maka Allah akan tetap memberikan ganjaran pahala seperti pahala amalannya ketika masih muda tersebut meskipun dia tidak lagi melakukannya.

An Nakho'i mengatakan, "Jika seorang mukmin berada di usia senja dan pada saat itu sangat sulit baginya untuk beramal, maka akan dicatat untuknya pahala sebagaimana amal yang dulu biasa dilakukannya pada saat muda. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah (yang artinya) 'Bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya'(QS. At Tiin: 6)".

Jangan Sampai Allah Melupakan Kita

Sahabat, ingatlah pesan ini dan camkanlah dalam hatimu bahwa "Jangan sampai Allah melupakan kita". Mungkin engkau akan bertanya, apakah benar Allah akan melupakan kita. Dalam konteks kehidupan dunia tentu saja jawabannya tidak mungkin, namun dalam konteks kehidupan di akhirat nanti akan banyak orang-orang yang akan dilupakan Allah Ta'ala.

“Barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku maka dia akan mendapatkan penghidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkan dia pada hari kiamat dalam keadaan buta. Dia berkata: “Wahai Rabbku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta padahal dulu aku bisa melihat?”. [Allah menjawab] Demikianlah yang pantas kamu dapatkan, sebab telah datang kepadamu ayat-ayat Kami tetapi kamu justru melupakannya. Maka, pada hari ini kamu pun dilupakan.” (QS. Thaha: 124-126)

Imam al-Qurthubi menjelaskan, “Artinya [barangsiapa yang berpaling] dari agama-Ku, tidak membaca Kitab-Ku, dan tidak mengamalkan isi ajarannya. Ada juga yang menafsirkan bahwa maksudnya adalah keterangan-keterangan yang telah Aku turunkan. Namun, bisa juga ditafsirkan bahwa yang dimaksud peringatan ini adalah [keberadaan] Rasul, karena peringatan itu datang melalui perantara beliau.” (lihat al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an [14/157])

Sebagian ulama berkata, “Tidaklah seorang pun yang berpaling dari peringatan Rabbnya kecuali waktu yang dilaluinya semakin menambah gelap (buruk) keadaan dirinya, mencerai-beraikan urusan rizkinya, dan membuatnya selalu mengalami kesempitan di dalam hidupnya.” (lihat al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an [14/157]). Adapun maksud dari “Maka, pada hari ini kamu pun dilupakan” Imam al-Qurthubi berkata, “Maksudnya adalah dibiarkan dalam keadaan tersiksa, yaitu di dalam neraka Jahannam.” (lihat al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an [14/158])

Di dalam ayat lain, Allah juga berfirman (yang artinya), “Dan dikatakan: Pada hari ini Kami melupakan kalian sebagaimana halnya dahulu kalian melupakan pertemuan dengan hari kalian ini, tempat tinggal untuk kalian adalah neraka, sama sekali tidak ada bagi kalian seorang penolong.” (QS. Al-Jatsiyah: 34). Imam al-Qurthubi menjelaskan, bahwa maksud dari ‘kalian melupakan pertemuan dengan hari kalian ini’ adalah: ‘kalian meninggalkan amal untuk akhirat’ (lihat al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an [19/173])

Sahabat, tahukah engkau bahwa diri kita sendiri terkadang pernah atau bahkan sering melupakan Allah, melupakan hari akhir, melupakan kematian. Mungkin ada yang akan menjawab, "Saya tidak pernah melupakan hal itu." Namun kenyataannya, tingkah laku dan kebiasaannya mencerminkan bahwa dia benar-benar telah melupakannya. Seperti shalat yang jarang sekali khusuk, jarang berjamaah, bahkan melalaikan waktunya. Shalat sunnah? jangan ditanya, mungkin dalam sebulan penuh, tidak pernah sekalipun dia melaksanakannya. Boro-boro mau melakukan yang sunnah, yang wajib aja dikerjakan ala kadarnya (tidak 100%).

Jika seseorang benar-benar mengingat perkara ini,  pasti dia akan benar-benar mempersiapkan dirinya untuk menghadapi datangnya hal tersebut dengan memperbanyak amal dan pahala serta meminimkan kesia-siaan, kesalahan, dan dosa, bahkan selalu berusaha meminta ampunanNya dan bertaubat.

Kematian Pasti Datang

 “Katakanlah; Sesungguhnya kematian yang kalian senantiasa berusaha lari darinya, maka dia pasti menemui kalian. Kemudian kalian akan dikembalikan kepada Dzat yang mengetahui perkara gaib dan perkara yang tampak, lalu Allah akan memberitakan kepada kalian apa-apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al-Jumu’ah: 8)

Sahabat, kita sama-sama tahu bahwa kematian itu bisa datang tiba-tiba, namun kenapa kita masih sering tidak wasapa akan hal ini. Waspada di sini bukan berarti takut dan berusaha menghindari kematian, namun lebih kepada mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk kehidupan setelah kematian itu.

“Dan sembahlah Rabb-mu sampai datang kematian.” (QS’ al-Hijr: 99)

Lantas apa yang harus kita lakukan? Jawabannya simpel namun implementasinya cukup susah. Jawabannya adalah belajar. Ya, pelajari agama kita, pelajari al-qur'an, pelajari hadits-hadits Rasul, pelajari wasiat dan ilmu dari para ulama, pelajari semuanya yang membuat engkau dapat memperbaiki dirimu, memperbaiki amalanmu, dan yang paling utama yang dapat membuat engkau dekat denganNya. Ingatlah wahai sahabat, amal tanpa ilmu itu dapat menjerumuskan seseorang kepada perkara bid'ah, minimal ibadah yang dilakukan tidak sesuai dengan sunnah Rasulullah saw. Alih alih mendapat pahala dari jerih payahnya, ganjarannya tidak lain adalah letih dan lelah yang sia-sia (tidak mendapatkan apa-apa), bahkan bisa di hukum dengan ganjaran dosa dan azab di neraka yang membara.

"... setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Muslim no. 867)

Setiap kesesatan tempatnya di neraka.” (HR. An Nasa’i no. 1578)

Jadi, di saat kesempatan untuk menuntut ilmu terbuka lebar, janganlah mencari-cari alasan untuk menghindarinya. Namun, marilah kita manfaatkan hal tersebut dengan sabaik-baiknya, karena Allah Ta'ala dengan mengharap ampunan, pahala, dan ridhaNya. Lantas, sampai kapan kita harus seperti ini (belajar dan menuntut ilmu)? Marilah kita resapi nasihat dari salah seorang sahabat Rasulullah saw

"Tidak ada waktu bagi seorang mukmin untuk bersantai-santai kecuali ketika dia sudah berjumpa dengan Allah.” Nasihat Ibnu Mas'ud ra.

Terakhir, renungkanlah nasihat salah satu orang yang bijak kepada saudaranya ini “Wahai saudaraku, waspadalah engkau dari kematian di negeri [dunia] ini sebelum engkau berpindah ke suatu negeri yang engkau mengangan-angankan kematian akan tetapi engkau tidak akan menemukannya.”
Allahu'alam...

(Isi Buletin GAMIFTI 2012)
Source: muslim.or.id

Related Post:

0 komentar:

Posting Komentar