"Muda Foya-Foya, Mati Masuk Surga", Benarkah?
Bismillah. Hampir semua dari kita
tahu guyonan ini, "Kecil dimanja, muda foya-foya, tua kaya raya, mati
masuk surga." Tapi, apakah guyonan ini nyata? sesuai dengan realita?
Mungkin untuk tiga kalimat pertama memang benar adanya, namun apakah dengan
benarnya tiga kalimat pertama membuat kalimat terakhir juga ikut benar? Tentu
saja jawabannya tidak. Namun, Kenapa masih cukup banyak manusia yang sepertinya
menelan mentah-mentah guyonan tersebut?
Dari Ibnu 'Abbas ra, Rasulullah
saw bersabda, "Manfaatkanlah lima
perkara sebelum lima perkara: [1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, [2]
Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, [3] Masa kayamu sebelum datang masa
kefakiranmu, [4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, [5] Hidupmu sebelum
datang kematianmu." (HR. Al Hakim, dishahihkan oleh Al Albani)
Wahai sahabat, Rasulullah saw
telah memesankan perkara diatas kepada kita, umatnya yang sangat dicintainya.
Rasulullah menginginkan kita untuk cerdas dalam mengelola waktu, cerdas dalam
memilih kegiatan dan aktivitas dan cerdas dalam mempersiapkan bekal untuk
"hari esok".
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah
setiap jiwa memperhatikan apa yang telah dipersiapkan olehnya untuk hari esok…”
(QS. Al-Hasyr: 18).
Al Munawi berkata, "Lima hal
ini (waktu muda, masa sehat, masa luang, masa kaya, dan waktu ketika hidup)
barulah seseorang betul-betul mengetahui nilainya setelah kelima hal tersebut
hilang." (At Taisir Bi Syarh Al Jami' Ash Shagir, 1/356) Kenyataannya,
tidak sedikit orang yang baru menyadari hal tersebut ketika kesadaran itu tidak
berguna lagi baginya. Akhirnya, penyesalanlah yang datang. Setelah mengetahui
hal ini, akankah kita tetap menjadi golongan orang-orang yang menyesal
tersebut? Sungguh, betapa bodohnya kita jika tetap membiarkan diri ini termasuk
dalam gologan orang-orang yang menyesal disaat penyesalan itu tidak berguna.
Sebagai manusia yang masih muda,
hendaknya kita mulai membiasakan untuk menyibukkan diri dengan perkara-perkara
yang bermanfaat, yang bernilai ibadah, dan mendatangkan pahala dan ridha Allah
sembari berusaha meminimalkan aktivitas
yang sia-sia. Tahukah engkau wahai sahabat, jika seseorang yang semenjak
mudanya telah membiasakan diri untuk beramal, ketika datang masa tuanya yang
membuatnya lemah hingga dia tidak sanggup lagi beramal seperti amalannya ketika
masih muda, maka Allah akan tetap memberikan ganjaran pahala seperti pahala
amalannya ketika masih muda tersebut meskipun dia tidak lagi melakukannya.
An Nakho'i mengatakan, "Jika
seorang mukmin berada di usia senja dan pada saat itu sangat sulit baginya
untuk beramal, maka akan dicatat untuknya pahala sebagaimana amal yang dulu
biasa dilakukannya pada saat muda. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah
(yang artinya) 'Bagi mereka pahala yang
tiada putus-putusnya'(QS. At Tiin: 6)".
Jangan Sampai Allah Melupakan Kita
Sahabat, ingatlah pesan ini dan
camkanlah dalam hatimu bahwa "Jangan sampai Allah melupakan kita".
Mungkin engkau akan bertanya, apakah benar Allah akan melupakan kita. Dalam
konteks kehidupan dunia tentu saja jawabannya tidak mungkin, namun dalam
konteks kehidupan di akhirat nanti akan banyak orang-orang yang akan dilupakan
Allah Ta'ala.
“Barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku maka dia akan
mendapatkan penghidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkan dia pada hari
kiamat dalam keadaan buta. Dia berkata: “Wahai Rabbku, mengapa Engkau kumpulkan
aku dalam keadaan buta padahal dulu aku bisa melihat?”. [Allah menjawab]
Demikianlah yang pantas kamu dapatkan, sebab telah datang kepadamu ayat-ayat
Kami tetapi kamu justru melupakannya. Maka, pada hari ini kamu pun dilupakan.”
(QS. Thaha: 124-126)
Imam al-Qurthubi menjelaskan,
“Artinya [barangsiapa yang berpaling] dari agama-Ku, tidak membaca Kitab-Ku,
dan tidak mengamalkan isi ajarannya. Ada juga yang menafsirkan bahwa maksudnya
adalah keterangan-keterangan yang telah Aku turunkan. Namun, bisa juga
ditafsirkan bahwa yang dimaksud peringatan ini adalah [keberadaan] Rasul,
karena peringatan itu datang melalui perantara beliau.” (lihat al-Jami’ li
Ahkam al-Qur’an [14/157])
Sebagian ulama berkata, “Tidaklah
seorang pun yang berpaling dari peringatan Rabbnya kecuali waktu yang
dilaluinya semakin menambah gelap (buruk) keadaan dirinya, mencerai-beraikan
urusan rizkinya, dan membuatnya selalu mengalami kesempitan di dalam hidupnya.”
(lihat al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an [14/157]).
Adapun maksud dari “Maka, pada hari ini kamu pun dilupakan” Imam al-Qurthubi
berkata, “Maksudnya adalah dibiarkan dalam keadaan tersiksa, yaitu di dalam
neraka Jahannam.” (lihat al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an [14/158])
Di dalam ayat lain, Allah juga
berfirman (yang artinya), “Dan dikatakan: Pada hari ini Kami melupakan kalian
sebagaimana halnya dahulu kalian melupakan pertemuan dengan hari kalian ini,
tempat tinggal untuk kalian adalah neraka, sama sekali tidak ada bagi kalian
seorang penolong.” (QS. Al-Jatsiyah: 34). Imam al-Qurthubi menjelaskan, bahwa
maksud dari ‘kalian melupakan pertemuan dengan hari kalian ini’ adalah: ‘kalian
meninggalkan amal untuk akhirat’ (lihat al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an [19/173])
Sahabat, tahukah engkau bahwa
diri kita sendiri terkadang pernah atau bahkan sering melupakan Allah,
melupakan hari akhir, melupakan kematian. Mungkin ada yang akan menjawab,
"Saya tidak pernah melupakan hal itu." Namun kenyataannya, tingkah
laku dan kebiasaannya mencerminkan bahwa dia benar-benar telah melupakannya.
Seperti shalat yang jarang sekali khusuk, jarang berjamaah, bahkan melalaikan
waktunya. Shalat sunnah? jangan ditanya, mungkin dalam sebulan penuh, tidak
pernah sekalipun dia melaksanakannya. Boro-boro mau melakukan yang sunnah, yang
wajib aja dikerjakan ala kadarnya (tidak 100%).
Jika seseorang benar-benar
mengingat perkara ini, pasti dia akan benar-benar mempersiapkan
dirinya untuk menghadapi datangnya hal tersebut dengan memperbanyak amal dan
pahala serta meminimkan kesia-siaan, kesalahan, dan dosa, bahkan selalu berusaha meminta
ampunanNya dan bertaubat.
Kematian Pasti Datang
“Katakanlah;
Sesungguhnya kematian yang kalian senantiasa berusaha lari darinya, maka dia
pasti menemui kalian. Kemudian kalian akan dikembalikan kepada Dzat yang
mengetahui perkara gaib dan perkara yang tampak, lalu Allah akan memberitakan
kepada kalian apa-apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al-Jumu’ah: 8)
Sahabat, kita sama-sama tahu
bahwa kematian itu bisa datang tiba-tiba, namun kenapa kita masih sering tidak
wasapa akan hal ini. Waspada di sini bukan berarti takut dan berusaha
menghindari kematian, namun lebih kepada mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya
untuk kehidupan setelah kematian itu.
“Dan sembahlah Rabb-mu sampai
datang kematian.” (QS’ al-Hijr: 99)
Lantas apa yang harus kita
lakukan? Jawabannya simpel namun implementasinya cukup susah. Jawabannya adalah
belajar. Ya, pelajari agama kita, pelajari al-qur'an, pelajari hadits-hadits
Rasul, pelajari wasiat dan ilmu dari para ulama, pelajari semuanya yang membuat
engkau dapat memperbaiki dirimu, memperbaiki amalanmu, dan yang paling utama
yang dapat membuat engkau dekat denganNya. Ingatlah wahai sahabat, amal tanpa
ilmu itu dapat menjerumuskan seseorang kepada perkara bid'ah, minimal ibadah
yang dilakukan tidak sesuai dengan sunnah Rasulullah saw. Alih alih mendapat
pahala dari jerih payahnya, ganjarannya tidak lain adalah letih dan lelah yang
sia-sia (tidak mendapatkan apa-apa), bahkan bisa di hukum dengan ganjaran dosa
dan azab di neraka yang membara.
"... setiap
bid’ah adalah sesat.” (HR. Muslim no. 867)
“Setiap
kesesatan tempatnya di neraka.” (HR. An Nasa’i no. 1578)
Jadi, di saat kesempatan untuk menuntut ilmu terbuka
lebar, janganlah mencari-cari alasan untuk menghindarinya. Namun, marilah kita
manfaatkan hal tersebut dengan sabaik-baiknya, karena Allah Ta'ala dengan
mengharap ampunan, pahala, dan ridhaNya. Lantas, sampai kapan kita harus
seperti ini (belajar dan menuntut ilmu)? Marilah kita resapi nasihat dari salah
seorang sahabat Rasulullah saw
"Tidak ada waktu bagi seorang
mukmin untuk bersantai-santai kecuali ketika dia sudah berjumpa dengan Allah.”
Nasihat Ibnu Mas'ud ra.
Terakhir,
renungkanlah nasihat salah satu orang yang bijak kepada saudaranya ini “Wahai
saudaraku, waspadalah engkau dari kematian di negeri [dunia] ini sebelum engkau
berpindah ke suatu negeri yang engkau mengangan-angankan kematian akan tetapi
engkau tidak akan menemukannya.”
Allahu'alam...
(Isi Buletin
GAMIFTI 2012)
Source: muslim.or.id
0 komentar:
Posting Komentar